Ancaman Terhadap Rezim Non-Proliferasi
Jika Iran keluar dan Israel tetap di luar kerangka hukum internasional, kredibilitas dan kekuatan NPT akan sangat terguncang. Negara-negara lain yang selama ini patuh bisa kehilangan kepercayaan dan merasa tidak diuntungkan oleh kepatuhan mereka.
Langkah Iran juga dapat memicu pergeseran kebijakan luar negeri negara-negara Teluk, terutama Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, yang sebelumnya menunjukkan minat terhadap pengembangan energi nuklir damai. Dalam situasi genting, motivasi itu bisa berubah menjadi ambisi militerisasi.
Keputusan Iran untuk meninggalkan NPT bukan sekadar persoalan satu negara, melainkan ancaman langsung terhadap stabilitas regional dan global. Dunia kini berada di persimpangan: memperkuat komitmen bersama atau menyaksikan runtuhnya salah satu perjanjian terpenting dalam sejarah pengendalian senjata nuklir.
Israel Diminta Gabung NPT
Di sisi lain, sorotan juga tertuju pada Israel. Selama ini, Israel dikenal memiliki program nuklir yang tidak transparan dan bukan anggota NPT. Rusia pun secara terbuka mendesak Israel untuk bergabung dengan perjanjian tersebut.
“Seluruh dunia akan senang melihat Israel bergabung dengan NPT,” ujar Duta Besar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia, dalam rapat Dewan Keamanan PBB.
Nebenzia menyatakan keheranannya atas keikutsertaan Israel dalam pertemuan yang membahas agenda non-proliferasi, dan berharap itu menjadi sinyal kesediaan Israel membuka diri soal kemampuan nuklirnya.