NAIROBI, iNews.id - Presiden Madagaskar Andry Rajoelina akan membubarkan pemerintahannya menyusul demonstrasi yang dimotori Gen Z beberapa hari terakhir. Mereka memprotes pemadaman listrik dan air berkepanjangan.
"Kami mengakui dan meminta maaf jika anggota pemerintah belum melaksanakan tugas yang diberikan kepada mereka," kata Rajoelina, dalam pidato yang disiarkan televisi nasional, Senin (29/9/2025).
Ribuan anak-anak muda turun ke jalan di berbagai kota di Madagaskar sejak Kamis pekan lalu mengusung seruan, "Kami ingin hidup, bukan bertahan hidup."
Lembaga HAM PBB mengecam pengerahan pasukan keamanan yang berlebihan untuk meredakan kerusuhan. Setidaknya 22 orang tewas dan 100 lainnya luka.
Namun Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Madagaskar membantah angka-angka dari PBB seraya menuduh data tersebut berdasarkan rumor atau kesalahan informasi.
Demonstrasi pertama kali berlangsung di Ibu Kota Antananarivo, kemudian menyebar ke delapan kota besar lain.
Jam malam diberlakukan di Antananarivo setelah adanya laporan kekerasan dan penjarahan. Polisi menembakkan peluru karet dan gas air mata untuk membubarkan massa.
Kepala badan pengungsi PBB UNCHR Volker Turk terkejut dengan tindakan keras yang dilakukan pasukan keamanan, disertai penangkapan, pemukulan, dan penembakan menggunakan peluru tajam.
"Saya mendesak pasukan keamanan untuk menghentikan penggunaan kekuatan yang tidak perlu dan tidak proporsional serta segera membebaskan semua demonstran yang ditahan secara sewenang-wenang," kata Turk.