Sejak Mei 2025, ketegangan kembali meningkat setelah seorang tentara Kamboja tewas dalam baku tembak lintas batas. Situasi memanas dan mencapai puncaknya pada 24 Juli setelah Kamboja menempatkan ranjau darat di wilayah sengketa.
Enam tentara Thailand terkena ranjau, dua di antaranya kehilangan anggota tubuh.
Di hari yang sama, serangan roket diluncurkan dari wilayah Kamboja menyebabkan 12 warga Thailand tewas dan 17 lainnya terluka. Di lain pihak, Thailand mengerahkan jet tempur F-16 untuk menggempur posisi militer Kamboja.
Hingga kini, Kamboja belum mengungkap jumlah korban dari pihaknya.
Konflik antara Thailand dan Kamboja berakar dari ketidakjelasan perbatasan yang bermula pada peta tahun 1907, warisan kolonial Prancis. Dalam peta itu, Kamboja mengklaim sejumlah wilayah di sekitar Kuil Preah Vihear yang kini menjadi titik panas perbatasan, terutama dengan Thailand yang menolak klaim tersebut.
Peta yang digunakan oleh Mahkamah Internasional (ICJ) pada 1962 menyatakan kuil Preah Vihear berada di wilayah Kamboja. Namun Thailand menilai keputusan tersebut tidak menyelesaikan keseluruhan sengketa wilayah di sekitarnya, sehingga konflik tetap membara.