Dalam konferensi pers yang emosional menjelang pelaksanaan Salat Jumat di Christchurch, Ardern mengatakan Selandia Baru telah berubah setelah pembantaian di dua masjid Christchurch tahun lalu.
Namun, lanjut dia, negara masih harus terus memerangi rasisme dan menantang ancaman yang bisa saja berkembang.
"Tantangan bagi kita adalah memastikan, dalam aktivitas sehari-hari dan pada setiap kesempatan, ketika melihat intimidasi, pelecehan, rasisme, dan diskriminasi, kita merasa sebagai sebuah bangsa. Saat itulah kita sebagai individu bisaa memainkan peran dan memastikan Selandia Baru telah berubah secara mendasar," katanya, dikutip dari Reuters.
Pelaku penembakan yang merupakan warga Australia, Brenton Tarrant, menghadapi 92 dakwaan terkait serangan terhadap masjid An Nur dan Linwood Islamic Centre, 51 di antaranya pembunuhan.
Motif di balik penembakan yang terjadi pada 15 Maret 2019 itu adalah rasisme. Tarrant diketahui sebagai pendukung supremasi kulit putih. Dia menyiarkan langsung pembantaian sadis tersebut melalui Facebook.
Sebelum peringatan, Selandia Baru dihebohkan dengan ancaman yang beredar luas di layanan pesan singkat Telegram.
Seorang pria 19 tahun, kini sudah ditangkap, mengunggah gambar yang mengancam Masjid An Nur.