AUSTRALIA, iNews.id - Spesies kura-kura yang dianggap sebagai salah satu hama paling merusak di dunia ditemukan di pinggiran Adelaide, Australia Selatan (SA). Dua ekor kura-kura telinga merah atau kura-kura Brazil ditemukan oleh seorang pemilik tanah di properti miliknya di Plympton, pinggiran barat daya Adelaide.
Spesies kura-kura yang berasal dari negara bagian barat-tengah Amerika Serikat (AS) dan Meksiko ini memiliki kemampuan untuk secara cepat mengisi ekosistem air tawar dan menginfeksi spesies kura-kura lain dengan penyakit.
Bila mengimpor, mengembangbiakan, dan menjual spesies ilegal ini di Australia Selatan dapat dikenakan denda hingga 50.000 dolar AS atau hampir Rp520 juta atau hukuman satu tahun penjara per hewan.
Petugas biosecurity SA, Lindell Andrews mengatakan, hama yang kompetitif, agresif, dan sangat invasif ini berpotensi merusak lingkungan alam Australia Selatan, terutama saluran airnya.
"Masalah besar dan penting dari penyerahan kura-kura ini adalah bahwa ini merupakan dua hewan yang pada akhirnya bisa berlanjut seperti ikan mas atau kodok. Mereka diklasifikasikan dalam 100 hama paling merusak di dunia dan mereka bersaing dengan kura-kura asli untuk memperoleh tempat makan dan sarang," kata Andrews.
Saat ini pihak berwenang masih mencari pemilik sebelumnya dari kura-kura itu.
"Kami melakukan upaya untuk melacak orang-orang ini. Kura-kura bertelinga garis merah ini muncul di Australia selama bertahun-tahun karena mereka merupakan bagian dari perdagangan hewan peliharaan ilegal," ujar Andrews.
Manager polisi hutan dan kelautan dari lembaga Sumber Daya Alam Mount Lofty Adelaide dan keanekaragaman hayati laut, Michaela Heinson, menyebut, kura-kura tersebut menjadi subyek program pemberantasan di Queensland dan New South Wales.
"Kura-kura telinga merah yang secara sengaja dilepaskan bisa sangat sulit dan mahal untuk dipulihkan. Kami mengandalkan masyarakat agar waspada terhadap hewan ini dan segera melaporkannya," tuturnya.
Rencananya, dua ekor kura-kura itu akan disuntuk mati atau di-euthanasia.
"Kami tidak melihat jumlah mereka terlalu banyak di Australia Selatan, namun kami harus bergerak cepat," tambahnya.