Sebelumnya, Rektor Shafik mengatakan kampusnya tidak akan memenuhi tuntutan mahasiswa yakni melakukan divestasi atau menghentikan kerja sama keuangan dengan Israel. Namun kampus bersedia menawarkan investasi di bidang kesehatan dan pendidikan di Jalur Gaza.
Sementara itu demonstran bertekad untuk bertahan dengan aksi berkemah mereka sampai kampus memenuhi tiga tuntutan. Selain divestasi, mereka menuntut transparansi keuangan universitas dan amnesti bagi mahasiswa dan dosen yang terlibat dalam unjuk rasa.
“Taktik menakut-nakuti yang menjijikkan ini tidak ada artinya dibandingkan dengan kematian lebih dari 34.000 warga Palestina. Kami tidak akan pindah sampai Columbia memenuhi tuntutan kami atau kami dipindah dengan kekerasan,” kata para pemimpin koalisi mahasiswa, Student Apartheid Divest Columbia.
Shafik dikecam banyak mahasiswa, dosen, dan pengamat luar karena memanggil personel Departemen Kepolisian New York (NYPD) 2 pekan lalu untuk membubarkan demonstrasi. Sejak itu lebih dari 100 mahasiswa ditangkap. Meski demikian penangkapan tak menghalangi para mahasiswa untuk mendirikan tenda kembali, bahkan lebih banyak.
Demonstrasi di Universitas Columbia menjalar ke kampus-kampus lain sampai California hingga New England. Para mahasiswa di sana juga mendirikan kemah serupa untuk menunjukkan kemarahan atas serangan Israel ke Gaza dan dugaan keterlibatan kampus masing-masing.