KABUL, iNews.id – Amerika Serikat memahami langkah Pemerintah Afghanistan membebaskan ratusan tahanan Taliban. Sebelumnya, keputusan Afghanistan tersebut menuai protes dari Prancis dan Australia, karena beberapa di antara tahanan itu terlibat dalam pembunuhan sejumlah warga dari kedua negara itu.
Pembebasan para tahanan itu adalah syarat yang diajukan Taliban untuk memulai pembahasan damai dengan Pemerintah Afghanistan. Setelah para militan itu dibebaskan, kedua belah pihak akan membuka pembicaraan dalam pertemuan penting di Doha, Qatar, Sabtu (12/9/2020) ini, di hadapan Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo.
“Saya tahu, bahwa tidak ada dari kami yang senang dengan pembebasan tahanan yang melakukan kekerasan terhadap pasukan (Prancis dan Australia). Tetapi kami ingin mengingat gambaran besarnya (soal perdamaian),” kata negosiator AS di Afghanistan, Zalmay Khalilzad, dikutip AFP.
Dengan dimulainya pembicaraan antara Taliban dan Pemerintah Afghanistan, dia berharap negeri di Asia Tengah itu tidak akan pernah lagi menimbulkan ancaman bagi negara lain. “Tidak ada negara yang khawatir menjadikan (pembebasan tahanan) ini sebagai masalah yang akan memengaruhi hubungan dengan Afghanistan,” katanya.
“Mereka tidak menyukainya, tetapi pada saat yang sama mereka memahami bahwa ini adalah keputusan Afghanistan, keputusan yang sulit tetapi perlu, mereka rasa, pada akhirnya untuk memulai negosiasi intra-Afghanistan dan memberikan kesempatan bagi perdamaian,” ucap Khalilzad lagi.
Dua tahanan Taliban yang membunuh Bettina Goislard—seorang perempuan Prancis yang juga aktivis pengungsi PBB—telah dibebaskan di Provinsi Wardak, Afghanistan. Enam militan Taliban lainnya, termasuk dua orang yang membunuh tentara Prancis dan Australia, telah dipindahkan ke Doha dengan pesawat khusus dan dilaporkan akan ditahan di sana.
Kementerian Luar Negeri Prancis bulan lalu menyatakan, pihaknya dengan tegas menentang pembebasan setiap individu yang dihukum karena kejahatan terhadap warga negara Prancis.