Keputusan Mahathir untuk membentuk partai independen kali ini juga menandakan hubungannya yang semakin tegang dengan Anwar Ibrahim, yang memimpin blok oposisi yang berisikan tiga partai. “Kami ingin bekerja sama dengan Pakatan Harapan, tetapi ada beberapa kendala di sana,” kata perdana menteri terlama di Malaysia itu lagi.
Mahathir berhasil meraih jabatan perdana menteri untuk kedua kalinya pada 2018. Kala itu, partainya bergabung dalam koalisi Pakatan Harapan yang dipimpin Anwar Ibrahim. Namun, ketika gejolak politik terus-menerus melanda Malaysia, Mahathir memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatan kepala pemerintahan negeri jiran itu, Februari lalu.
Tiga bulan sesudahnya, Mahathir dipecat dari kepengurusan dan keanggotaan Bersatu, partai yang dia dirikan bersama Muhyiddin Yassin pada 8 September 2016 itu. Selain itu, ada empat anggota parlemen lainnya yang juga dipecat dari partai itu lantaran menolak untuk mendukung pemerintahan yang dipimpin Muhyiddin.
Belakangan, kubu Mahathir mengajukan gugatan ke pengadilan terkait pemecatan mereka dari Bersatu. Muhyiddin pun kemudian mengajukan permohonan ke pengadilan agar mencabut gugatan Mahahtir dan kawan-kawan.
Pagi tadi, Mahkamah Tinggi Malaysia mengabulkan permohonon Muhyiddin dan membatalkan gugatan yang diajukan Mahathir. Hakim Rohani Ismail menyimpulkan, Mahathir dan para penggugat lainnya tidak memiliki kedudukan hukum untuk menuntut penghentian keanggotaan mereka dari Bersatu—yang mereka nilai tidak sah.