Pihak rumah sakit dan para pasien merasa kehilangan atas meninggalnya Mei. Jasanya tak terhitung mengingat banyak pasien yang ditanganinya berhasil sembuh. Mereka mengenang Mei sebagai dokter yang ramah dan sabar terhadap pasien.
Seperti diberitakan, nama Li Wenliang menjadi perhatian nasional setelah Pengadilan Tinggi China pada 28 Januari 2019 mengkritik kepolisian Wuhan yang memproses Li dan delapan orang lainnya karena menyebarkan rumor tentang virus mirip SARS pada akhir Desember 2019.
Komentar di akun media sosial Mahkamah Agung China mengungkap, mereka seharusnya tidak dihukum tidak sepenuhnya bersalah.
Semua berawal pada 30 Desember, Li mengirim pesan melalui grup WeChat alumni sekolah kedokteran memperingatkan bahwa departemen oftalmologi rumah sakitnya mendapati tujuh pasien yang didiagnosis mengalami gejala seperti SARS. Ketujuh orang itu mengaku baru berpergian ke pasar sea food di Wuhan.
Pesan itu pun bocor lalu Li dipanggil oleh rumah sakit untuk dimintai keterangan. Pada 3 Januari, dia dipanggil oleh kepolisian setempat karena diduga menyebarkan rumor melalui online dan mengganggu ketertiban sosial.
Li sempat khawatir rumah sakit akan menghukumnya karena tuduhan menyebarkan rumor, namun dia merasa lega setelah Pengadilan Tinggi justru mengkritik polisi.
Dia meninggal pada 7 Februari setelah kritis selama beberapa hari.