LONDON, iNews.id - Racun yang digunakan untuk menyerang mantan mata-mata Rusia, Sergei Skripal (66), dan putrinya, Yulia (33), akhirnya teridentifikasi. Racun yang digunakan merupakan zat kimia pelumpuh saraf kelas militer dari jenis yang dikembangkan oleh Rusia.
Hal ini diungkapkan oleh Perdana Menteri (PM) Inggris Theresa May. Dia mengatakan, kemungkinan Rusia dalang di balik serangan di Salisbury tersebut sangat besar.
Bahan kimia yang digunakan dalam serangan tersebut, kata May, telah diidentifikasi sebagai salah satu kelompok agen saraf yang dikenal sebagai Novichok.
"Entah ini tindakan langsung Rusia terhadap negara kita, atau Pemerintah Rusia kehilangan kendali atas zat kimia yang berpotensi merusak saraf dan membiarkannya jatuh ke tangan orang lain," ujar May, seperti diberitakan BBC, Rabu (13/3/2018).
Terkait hal ini, kementerian luar negeri Inggris telah memanggil duta besar Rusia untuk memberikan penjelasan. May menyebut, Menteri Luar Negeri Boris Johnson telah menyampaikan kepada Dubes Moskow bahwa pihaknya harus memberikan penjelasan lengkap terkait Novichok kepada badan internasional Organisasi Larangan Senjata Kimia.
Jika tidak ada tanggapan memuaskan dari Rusia, May menegaskan Inggris akan menyimpulkan Rusia melakukan penyalahgunaan kekuasaan.
Dia juga menegaskan Inggris siap mengambil tindakan lebih jauh.
Skripal dan putrinya, Yulia, ditemukan tak sadarkan diri di bangku taman di pusat perbelanjaan Salisbury pada Minggu 4 Maret. Mereka saat ini masih dalam kondisi kritis, namun stabil di rumah sakit.
Skripal dihukum oleh Pemerintah Rusia karena membocorkan rahasia MI6 pada 2004, namun dia mendapat perlindungan di Inggris pada 2010 sebagai bagian dari pertukaran mata-mata.