KABUL, iNews.id – Para elite Taliban dikabarkan terbelah. Dugaan itu semakin menguat sejak kelompok tersebut membentuk kabinet pemerintahan pekan lalu.
Beberapa sumber yang dekat dengan proses perebutan kekuasaan di Afghanistan belakangan ini menyebutkan, ada gesekan antara kubu konservatif dan kubu yang lebih moderat di kepemimpinan Taliban.
Associated Press melansir, perselisihan para elite Taliban terjadi di belakang layar. Desas-desus tentang konflik itu dengan cepat mulai beredar. Beberapa isu dan peristiwa akhir-akhir ini bisa menjadi indikasinya, mulai dari konfrontasi kekerasan baru-baru ini antara kedua kubu di Istana Presiden Afghanistan, hingga klaim yang menyebut pemimpin faksi moderat, Abdul Ghani Baradar, telah terbunuh.
Desas-desus itu mencapai intensitas sedemikian rupa sehingga rekaman audio dan pernyataan tulisan tangan—konon keduanya dibuat oleh Baradar sendiri—menyangkal bahwa dia telah dibunuh. Kemudian pada Rabu (15/9/2021) kemarin, Baradar muncul dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi nasional negara itu.
“Saya bepergian dari Kabul sehingga tidak memiliki akses ke media untuk membantah berita (kematian saya) ini,” kata Baradar saat ditanya tentang rumor pembunuhannya.
Baradar menjabat sebagai pemimpin juru runding Taliban selama negosiasi antara kelompok itu dan Amerika Serikat. Perundingan itu pula yang akhirnya membuka jalan bagi penarikan pasukan AS dari Afghanistan—yang rampung pada akhir Agustus lalu, atau dua minggu setelah Taliban menyerbu Ibu Kota Kabul.
Tak lama setelah pengambilalihan Kabul, Baradar menjadi pejabat senior Taliban pertama yang menawarkan kemungkinan pembentukan pemerintah yang inklusif, yang akan menampung kepentingan semua kelompok di negara itu. Akan tetapi, tawaran Baradar itu dikandaskan oleh keputusan Taliban yang menunjuk semua menteri dari kalangan laki-laki dan dari etnik tertentu saja, pekan lalu.