Musk dalam beberapa tahun terakhir semakin mendukung Partai Republik. Namun, dukungan itu justru dikatakan telah membebani reputasi dan penjualan Tesla, produsen mobil listrik yang menjadi sumber kekayaan terbesarnya.
Musk secara terbuka mengkritik kebijakan Joe Biden yang mematok tarif impor 100 persen terhadap kendaraan listrik asal China. Menurut orang terkaya di dunia itu, langkah Biden tersebut hanya menghambat kebebasan perdagangan. Padahal, mobil-mobil lisrik Tesla bersaing cukup baik di pasar China, tanpa tarif pajak dari pemerintah setempat.
Sementara Trump bulan lalu kembali menegaskan janjinya untuk mengembalikan geliat industri otomotif Amerika dengan menghentikan rencana Biden untuk melarang produksi mobil berbahan bakar fosil demi menekan emisi karbon. Namun Trump mengaku juga menyenangi mobil listrik.
“Saya penggemar berat mobil listrik. Saya penggemar Elon. Dia melakukan pekerjaan luar biasa dengan Tesla,” ujar Trump.
Musk mengatakan, dia dan Trump telah melakukan beberapa pembicaraan. Miliarder kelahiran Afrika Selatan itu hanya mengatakan, bahwa Trump adalah “penggemar berat Cybertrucks”, mengacu pada truk pikap listrik buatan Tesla.
Meskipun secara terbuka mengkritik kebijakan Biden mengenai imigrasi dan kendaraan listrik dan bahkan usia sang presiden, Musk belum memberikan dukungan resmi apa pun dalam pemilu November. Trump mengklaim tidak tahu apakah dia mendapat dukungan Musk.
Musk juga mendukung sejumlah komentar anti-Yahudi di platform X, meski pendiri Starlink itu membantah dirinya antisemit.