“Tidak ada tentara amatir dalam serangan di Wilayah Kursk. Mereka dipilih dari seluruh garis kontak, mereka sebagian besar adalah orang-orang yang sudah berpengalaman dalam perang, dan sisanya (orang-orang yang) dipersenjatai,” ujar Lukashenko.
“Para tentara bayaran, orang-orang Polandia, dan lain-lainnya, membentuk pasukan yang sangat kuat,” kata pemimpin Belarusia itu lagi.
Dia mengingatkan bahwa tindakan pertahanan Rusia dan Belarusia sewaktu-waktu dapat berubah menjadi ofensif, jika langkah seperti itu memang diperlukan.
Pada 6 Agustus, pasukan Ukraina melintasi perbatasan ke Rusia dan melancarkan serangan di Wilayah Kursk. Mereka juga merebut sejumlah desa Rusia.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, Ukraina telah melakukan provokasi skala besar dan menembaki target sipil tanpa pandang bulu di Kursk. Menurut dia, Ukraina akan menerima pembalasan yang setimpal atas penyerbuan di sejumlah wilayah perbatasan Rusia.
Senada dengan Putin, Lukashenko menilai penyerbuan Ukraina di Wilayah Kursk bertujuan untuk memprovokasi Rusia agar menggunakan senjata nuklir.
“Bahayanya adalah bahwa eskalasi semacam itu dari pihak Ukraina merupakan upaya untuk mendorong Rusia melakukan tindakan asimetris. Ya, katakanlah, penggunaan senjata nuklir,” ujarnya.