Sejak itu dia tetap berhubungan dengan rekan-rekannya di Afghanistan. Rekan-rekannya hidup dalam ketakutan dan teror.
"Mereka memberi tahu saya jika tidak diselamatkan, hidup mereka dalam bahaya," katanya.
Dilansir dari Straits Times, perempuan yang bekerja di bidang hukum telah menjadi target utama. Dua hakim agung perempuan telah ditembak mati pada bulan Januari lalu.
Seorang aktivis hak asasi manusia Afghanistan, Horia Mosadiq mengatakan, selain hakim, ada sekitar seribu perempuan pembela hak asasi manusia lainnya yang juga bisa menjadi sasaran Taliban. Narapidana yang dibebaskan menelepon dengan ancaman pembunuhan kepada hakim, jaksa dan petugas polisi wanita.
"Mereka mengatakan kami akan mengejarmu," katanya.