Fokus dari Hari Pangan Dunia adalah bahwa makanan adalah hak asasi manusia yang mendasar dan fundamental. Namun, dalam dunia dengan miliaran manusia, lebih dari 820 juta orang di seluruh dunia menderita kekurangan gizi kronis.
Sebanyak 60 persen merupakan perempuan dan hampir lima juta anak di bawah usia lima tahun meninggal karena sebab-sebab yang berhubungan dengan kekurangan gizi setiap hari.
Sementara itu, masa depan buruh tani di seluruh dunia terlihat suram karena mereka menghadapi masalah mekanisasi, lahan pertanian makin sedikit untuk produksi pangan, serta penggusuran dari rumah-rumah pertanian yang sudah mereka tempati secara turun-temurun. Terutama adalah krisis pangan yang terjadi di Afrika Selatan.
Hari Pangan Sedunia, yang dirayakan hari ini, tidak hanya menyoroti ketahanan pangan di negara itu, tetapi juga kerawanan pangan pertanian dan kontribusinya terhadap ekonomi seluruh rantai nilai pangan. Krisis ini semakin parah dan dikhawatirkan akan semakin buruk hingga puluhan tahun ke depan.
Konferensi nasional akan dimulai hari ini, Rabu (16/10/2019) untuk menyoroti masa depan pekerja pertanian di Afrika Selatan untuk meningkatkan kesadaran akan peran besar yang mereka miliki dalam ekonomi dan sistem pangannya.
"Untuk pekerja pertanian Afrika Selatan, masa depan tidak pasti. Sungguh tragis dan keterlaluan bahwa orang-orang yang memproduksi makanan yang kita makan di Afrika Selatan kemungkinan besar akan kelaparan," kata Profesor United World Colleges (UWC), Stephen Devereux, yang juga berafiliasi dengan Centre of Excellence in Food Security.
Konferensi akan berlangsung di UWC dari Rabu (16/102019) hingga Jumat (18/10/2019).