Negara ini mendukung partisipasi perempuan UEA dalam pengambilan keputusan sebagai komponen inti dari pemberdayaan ekonomi mereka. Pada 2012, Kabinet UEA mengadopsi keputusan yang mewajibkan pengangkatan perempuan di dewan direksi semua lembaga dan lembaga pemerintah, menetapkan proporsi perwakilan perempuan 15 persen di lembaga pemerintah. Kaum perempuan sekarang menempati 15 persen dari tenaga kerja di sektor publik dan lima puluh persen dari anggota Dewan Nasional Federal.
Presiden, dalam keterangan yang diterima di Jakarta, menegaskan, perempuan Emirati menempati 50 persen keanggotaan Dewan Nasional Federal untuk memperkuat rencana negara dalam pemberdayaan di seluruh sektor vital.
Kementerian Luar Negeri UEA dan Kerjasama Internasional telah mengambil langkah berbeda dan menunjuk delapan perempuan sebagai duta besar dan diplomat untuk mewakili negara itu dalam forum internasional, yakni, Hessa Abdullah Al Otaiba, Duta Besar UEA untuk Belanda; Hanan Khalfan Alili, Duta Besar UEA untuk Latvia; Fatima Khamis Al Mazrouei, Duta Besar UEA untuk Denmark; Hafsa Abdullah Al Olama, Duta Besar UEA untuk Jerman; Noura Mohamed Abdel Hamid Jumaa, Duta Besar UEA untuk Finlandia; Nawal Khalifa Al Hosani, Delegasi Permanen UAE untuk Badan Energi Terbarukan Internasional (IRENA); Lana Zaki Anwar Nusseibeh, Perwakilan Tetap UAE untuk PBB di New York, dan Nabila Abdulaziz Al Shamsi, Duta Besar UEA untuk Montenegro.
Saat ini, perempuan menempati hampir setengah dari karyawan di Kementerian Luar Negeri dan Kerjasama Internasional.
Pemerintah UEA menetapkan tema "Pemberdayaan Perempuan dan Anak" sebagai salah satu dari tiga bidang aksi tematis yang menopang kebijakan bantuan internasional negara untuk priode 2017-2021. Ini juga merupakan salah satu fokus strategis Kementerian Luar Negeri dan Kerjasama Internasional.