Pasukan pemberontak itu diperkirakan berjumlah sekitar 5.000 orang, turun dari jumlah tertingginya sebanyak 20.000 yang tersebar di seluruh Filipina pada awal 1980-an.
Pemerintah memerintahkan operasi intensif terhadap NPA, setelah kelompok itu mengumumkan pada bulan ini bahwa mereka menghidupkan kembali regu pembunuh kota untuk menargetkan para pejabat yang dikatakan telah melakukan “kejahatan terhadap publik”.
NPA menyatakan rencananya membentuk “tim partisan” untuk melakukan pembunuhan terarah di kota-kota. “Tim partisan” itu mengacu pada regu khusus Partai Komunis Filipina yang pernah menebar teror pada era 1980-an, selama rezim korup diktator Ferdinand Marcos berkuasa.
Korban paling terkenal dari regu pembunuh itu adalah Kolonel James Rowe, seorang penasihat militer AS yang tewas dalam penyergapan oleh NPA di utara Manila pada 1989.
Peristiwa helikopter jatuh Sabtu kemarin terjadi sehari setelah Panglima Angkatan Bersenjata Filipina, Jenderal Gilbert Gapay, memerintahkan para komandan untuk meningkatkan upaya membongkar gerakan gerilya NPA demi mengakhiri pemberontakan mereka tahun ini juga.
"Semua front gerilya komunis yang tersisa akan ditangani secara bersamaan dan dikalahkan menjelang akhir 2021,” kata Jenderal Gapay, Jumat (15/1/2021).