Namun Qassem menolak seluruh gagasan tersebut, dengan menegaskan bahwa akar masalah adalah agresi Israel yang tak pernah berhenti.
"Selesaikan dulu agresi mereka, baru kita bicara soal senjata," ujarnya.
Perang Berdarah, tapi Semangat Tak Luntur
Pengakuan jumlah korban tewas dan luka dari Hizbullah ini menjadi bukti bahwa perang November 2024 silam membawa dampak besar. Perang itu juga menewaskan pemimpin legendaris Hizbullah, Hassan Nasrallah, pendahulu Qassem.
Meski begitu, Hizbullah menunjukkan sikap pantang mundur. Qassem menyebut organisasinya tetap solid, persenjataan telah dipulihkan, dan seluruh struktur komando dalam kondisi siap tempur.
Pernyataan ini jelas menjadi sinyal bagi Israel dan sekutunya bahwa ketegangan di perbatasan Lebanon bisa meledak sewaktu-waktu, jika diplomasi gagal meredakan situasi.