Pemimpin Turki, Presiden Recep Tayyip Erdogan, berharap ancaman sanksi AS itu sekadar pepesan kosong. Dia yakin, hubungan yang dia kembangkan dengan Trump akan melindungi Ankara dari hukuman AS.
Setelah menjalin hubungan kerja dengan Erdogan, Trump selalu menentang wacana pemberian sanksi oleh AS terhadap Turki, meski ada saran dari para penasihatnya untuk menghukum Ankara. Pejabat dalam pemerintahan Trump secara internal merekomendasikan sanksi itu pada Juli 2019, ketika Pemerintah Turki mulai menerima pengiriman sistem persenjataan S-400 dari Rusia.
Akan tetapi sanksi itu kini tampaknya sangat mungkin terjadi, bahkan ketika Trump tidak memberikan aba-aba sekalipun, kata sumber itu.
Tahun lalu, Rusia mengirimkan sistem rudal S-400 darat-ke-udara (surface-to-air). Turki pun telah menguji senjata tersebut pada Oktober lalu. Ankara menegaskan, sistem rudal itu tidak akan diintegrasikan ke dalam sistem NATO dan tidak menimbulkan ancaman.
Akan tetapi, Amerika Serikat menyatakan bahwa S-400 memang menimbulkan ancaman. Tahun lalu, Washington DC pun mengumumkan akan mengeluarkan Turki dari program jet tempur F-35 atas keputusan Ankara membeli senjata Rusia itu.
Jet tempur siluman Lockheed Martin F-35 adalah pesawat paling canggih di gudang senjata AS dan digunakan oleh para anggota NATO serta sekutu-sekutu AS lainnya.