TEL AVIV, iNews.id - Hongaria akan memindahkan kedutaan besarnya (kedubes) di Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem pada April 2023. Ini berarti Hongaria mengikuti jejak Amerika Serikat (AS) yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, langkah yang dikecam dunia internasional.
Israel mengklaim seluruh wilayah Yerusalem, termasuk daerah timur yang di dalamnya terdapat Masjid Al Aqsa, sebagai miliknya.
Surat kabar The Times of Israel, Jumat (3/3/2023), melaporkan Perdana Menteri (PM) Hongaria Viktor Orban menyampaikan rencana pemindahan kedubes itu kepada mitranya dari, Benjamin Netahyahu. Jika terwujud, Hongaria menjadi negara anggota Uni Eropa pertama yang memindahkan kedubesnya ke Yerusalem.
Sementara itu pejabat Hongaria masih irit bicara saat ditanya komentarnya soal laporan Times of Israel tersebut.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Hongaria Mate Paczolay tidak mengonfirmasi laporan tersebut, namun menegaskan informasi terbaru tentang setiap perpindahan kedubes akan diionformasikan.
"Kami telah memindahkan departemen perdagangan kedutaan besar di Israel ke Yerusalem beberapa tahun lalu. Peresmian perwakilan kantor perdagangan luar negeri diumumkan bersama oleh Menteri Luar Negeri Peter Szijjarto dan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu," katanya, seperti dilaporkan kembali Reuters.
Jubir Kemlu Israel juga menolak berkomentar.
AS memindahkan kedubesnya di Israel ke Yerusalem pada 2018 pada masa pemerintahan Presiden Donald Trump. Pada Desember 2017, Trump membuat keputusan mengejutkan yakni AS mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Namun sejak itu hanya segelintir negara yang mengikuti langkah AS.
Parlemen Israel pada 1980 mengesahkan UU yang menyatakan Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Sementara itu PBB menganggap Yerusalem Timur sebagai wilayah pendudukan dan status kota tersebut disengketakan. Statusnya harus diselesaikan melalui negosiasi melibatkan kedua pihak. Palestina menginginkan Yerusalem Timur sebagai ibu kota negaranya di masa depan.
Editor : Anton Suhartono