Kapal tersebut ditangkap oleh Pasukan Pengawan Garda Revolusi Islam (IRGC) di Selat Hormuz. Para pejabat Iran mengatakan tindakan itu sebagai pembalasan atas kapal tanker mereka yang ditangkap Inggris di lepas pantai Gibraltar awal bulan ini.
Insiden lain dalam beberapa pekan terakhir mengancam keamanan di selat itu, di mana seperlima dari seluruh minyak mentah yang diperdagangkan secara global melaluinya.
Bulan lalu, pasukan Iran menembak jatuh drone pengintai milik AS di Selat Hormuz, yang diklaim melanggar wilayah udaranya.
Panasnya situasi di Teluk dipicu oleh penarikan AS dari kesepakatan nuklir 2015 oleh Presiden Donald Trump. Langkah itu diikuti dengan penjatuhan sanksi terhadap Iran.
AS juga meningkatkan kehadiran militernya di Timur Tengah dengan mengirimkan kelompok tempur kapal induk USS Abraham Lincoln, skuadron bomber B-52, ribuan pasukan dan menyebar rudal Patriot.
Hal itu dilakukan dengan alasan untuk menangkal serangan Iran terhadap fasilitas milik AS dan sekutunya di Timur Tengah.