Biden telah memuji beberapa proposal gencatan senjata selama beberapa bulan terakhir, yang masing-masing memiliki kerangka kerja serupa dengan yang dia uraikan pada Jumat lamu. Namun sayang, semuanya gagal.
Pada Februari lalu, Biden mengatakan Israel telah setuju untuk menghentikan pertempuran selama Ramadhan, bulan suci umat Islam yang dimulai pada 10 Maret. Akan tetapi, gencatan senjata itu juga tidak terwujud.
Poin utama yang menjadi kendala dalam upaya mengakhiri perang dan pembebasan tawanan adalah sifat keras kepala Israel sendiri. Pihak zionis selalu berdalih, mereka hanya akan membahas penghentian sementara pertempuran di Gaza sampai Hamas dihancurkan.
Di lain pihak, Hamas juga tidak menunjukkan tanda-tanda akan mundur. Mereka mengatakan akan membebaskan para sandera hanya jika perang bisa diakhiri secara permanen.
Dalam pidatonya Jumat lalu, Biden mengatakan bahwa proposal terbarunya itu bakal menciptakan masa depan yang lebih baik di Gaza tanpa kekuasaan Hamas. Namun, dia tidak menjelaslan secara perinci bagaimana hal tersebut dapat dicapai. Dia pun mengakui bahwa ada sejumlah poin yang masih perlu dinegosiasikan untuk berpindah dari fase satu ke fase dua.
Hamas untuk sementara menyambut baik inisiatif Biden itu. "Pidato Biden mengandung ide-ide positif, namun kami ingin hal ini terwujud dalam kerangka perjanjian komprehensif yang memenuhi tuntutan kami," kata pejabat senior Hamas, Osama Hamdan, kepada Al Jazeera, Sabtu (1/6/2024).
Hamas menginginkan jaminan diakhirinya serangan di Gaza, penarikan semua pasukan penyerang, pergerakan bebas bagi warga Palestina, dan bantuan rekonstruksi. Namun, para pejabat Israel menolak hal itu dan menganggapnya sebagai langkah efektif untuk mengembalikan situasi ketika Hamas memiliki kekuasaan besar di Gaza seperti sebelum 7 Oktober 2023.