“Mereka menyadari jeda di Gaza membuat deeskalasi menjadi lebih mungkin terjadi di Lebanon. Mereka memiliki lebih sedikit amunisi, lebih sedikit suku cadang, lebih sedikit energi, dibandingkan sebelumnya. Jadi mereka juga berpikir jeda di Gaza memberi lebih banyak waktu untuk bersiap jika terjadi perang yang lebih besar melawan Hizbullah," kata Hulata, seperti dilaporkan kembali Sputnik.
Para jenderal Zionis juga yakin kesiapan militer Israel untuk berperang melawan Hamas setiap saat.
“Mereka yakin selalu bisa kembali dan melawan Hamas secara militer di masa depan,” kata Hulata.
Situasi di perbatasan Israel-Lebanon memburuk setelah perang pada 7 Oktober 2023. Pasukan Zionis dan pejuang Hizbullah terlibat saling serang melintasi perbatasan sejak saat itu.
Israel pada 18 Juni lalu telah menyetujui rencana operasi militer ke Lebanon.