Perlintasan Rafah di Bawah Kendali Penuh Israel
Sejak Mei 2024, Israel mengambil kendali penuh atas perbatasan Rafah setelah menghancurkan bangunan dan infrastruktur di kawasan itu. Warga Palestina dilarang melintasi perbatasan, termasuk pasien gawat darurat yang seharusnya bisa dievakuasi ke luar negeri untuk mendapatkan perawatan medis.
Langkah tersebut memperparah kondisi ribuan pasien dan memperlambat proses pemulihan pasca-konflik. Organisasi kemanusiaan internasional menilai, penutupan Rafah melanggar prinsip dasar hukum internasional tentang perlindungan warga sipil di wilayah konflik.
Gaza di Ambang Kehancuran Total
Kantor Media Gaza juga melaporkan bahwa sekitar 90 persen infrastruktur sipil di Jalur Gaza telah hancur, mulai dari rumah sakit, sekolah, hingga jaringan air bersih. Nilai kerugian awal diperkirakan mencapai 70 miliar dolar AS.
Sementara dunia berharap gencatan senjata dapat menjadi jalan menuju pemulihan, kenyataannya blokade Israel justru mengubah Gaza menjadi penjara terbuka. Tanpa akses bantuan dan kebebasan bergerak, warga sipil kini berhadapan dengan ancaman kelaparan, penyakit, dan kehilangan harapan.
“Selama perlintasan Rafah tetap ditutup dan bantuan dihalangi, gencatan senjata ini tak lebih dari ilusi perdamaian di tengah reruntuhan,” ujar Thawabteh.