Jejak Penggunaan Senjata Kimia dalam Perang

Nathania Riris Michico
Tentara mengenakan masker gas selama Perang Dunia I karena serangan gas mustard (Foto: The Canadia Press)

JAKARTA, iNews.id - Selama lebih dari 2.000 tahun, manusia mengubah racun alami dan sintetis menjadi senjata pemusnah yang digunakan untuk perang. Jauh sebelum konflik di Suriah pada 2018, banyak negara-negara di dunia sudah menggunakan senjata kimia untuk menyerang lawan.

Senjata kimia menggunakan bahan beracun dari zat kimia. Ini berbeda dengan perang nuklir dan biologi. Dalam istilah militer, senjata kimia masuk dalam tiga senjata permushan massal yang membahayakan, yakni perang nuclear, biological, and chemical (NBC). Semuanya masuk dalam kategori senjata pemusnah massal.

Penggunaan senjata kimia dilarang sesuai Konvensi Senjata Kimia (Chemical Weapon Convention/CWC) yang diteken pada 1993.

Jauh sebelumnya, Konvensi Den Haag di tahun 1899 juga sudah melarang penggunaan gas cekik dan beracun. Deklarasi ini disetujui pada tahun dan merupakan langkah pertama untuk melarang penggunaan gas dalam perang.

Lalu konvensi ini ditegaskan kembali di Jenewa dalam bentuk protokol yang melarang penggunaan gas cekik dan beracun, serta senjata biologi.

Di awal abad ke-21, senjata kimia sudah menjadi tren untuk digunakan dalam perang. Efeknya yang mematikan dan tidak terdeteksi menjadi keunggulan dibandingkan senjata konvensional.

Lebih dari itu, senjata kimia juga mampu membunuh ribuan orang dalam sekejap. Hal itu tercatat dalam sejarah saat tentara Jerman menggunakan senjata mengerikan dan mengubah wajah peperangan saat itu, yakni gas klorin.

Menghasilkan asap kuning, hanya dalam hitungan menit, 5.000 tentara tewas dan 10.000 lainnya terluka saat gas dilepaskan. Gas ini menyerang paru-paru.

Pada 2013, militer Suriah menggunakan gas sarin untuk melawan warga sipil selama Perang saudara. Akibatnya ratusan orang terbunuh. Kali ini, Suriah kembali dituding menggunakan gas klorin untuk menyerang warga sipil di Ghouta Timur.

Mengutip The Science History, berikut sejarah penggunaan senjata kimia dalam peperangan.

1. Perang Dunia I

Senjata kimia yang paling mematikan selama masa Perang Dunia I ialah fosgen dan gas klorin. Enam hari sebelum Natal, tepatnya 19 Desember 1915, Jerman pertama kali menggunakan fosgen untuk menyerang pasukan sekutu dan menyebabkan lebih dari 120 tentara Inggris tewas dan 1.000 lainnya luka.

Selain itu, ada pula gas mustard. Gas mustard pertama kali digunakan oleh pasukan Jerman dan membunuh 2.100 jiwa. Pada 1935-1936, Benito Mussolini menjatuhkan bom gas mustard di Ethiopia untuk menghancurkan tentara Kaisar Haile Selassie.

Adolf Hitler juga diketahui menjadi buta akibat serangan gas dan dievakuasi ke rumah sakit militer di Jerman timur hingga masa perang berakhir. Selama periode 1915 hingga 1918, Perang Dunia I berakhir dengan menelan 1,3 juta jiwa yang disebabkan oleh senjata kimia. 

2. Perang Dunia II

Selama Perang Dunia II, gas-gas beracun digunakan di kamp konsentrasi Nazi Auschwitz di Polandia untuk membunuh warga sipil dan tentara Jepang di Asia.

Senjata kimia yang digunakan pun lebih bervariasi, dari tabun, gas sarin, hingga bom napalm.

Pada 1953, banyak tentara Inggris yang tewas karena menghirup gas sarin di fasilitas militer Porton Down. Pada 1961 hingga 1971, napalm dan herbisida juga digunakan pada perang Vietnam, yang memicu protes nasional dan internasional.

Gas mustard dan senjata kimia pelumpuh saraf juga disebut-sebut digunakan dalam perang di Yaman, untuk mendukung kudeta terhadap monarki Yaman dari 1963 hingga 1967.

3. Perang Uni Soviet dengan Afghanistan

Ada laporan yang menyebut senjata kimia digunakan selama perang Uni Soviet dengan Afghanistan. Karena kerahasiaan, sangat sedikit informasi yang tersedia mengenai penggunaan bahan kimia yang digunakan dalam perang tersebut.

Namun senjata kimia yang digunakan sangat beracun dan mampu melumpuhkan saraf. Senjata ini membunuh ratusan warga sipil selama pertengahan 1980-an.

4. Perang Sipil Yaman

Senjata kimia diduga digunakan selama perang sipil di Yaman Utara. Serangan pertama dari perang ini terjadi pada 8 Juni 1963 di Kawma, sebuah desa berpenduduk sekitar 100 jiwa.

Bom gas kimia menewaskan sekitar tujuh orang dan merusak mata dan paru-paru 25 warga lainnya. Namun pihak berwenang Mesir menduga bom itu adalah napalm, bukan gas.

Pada 11 Desember 1966, 15 bom gas membunuh dua orang dan melukai 35 orang. Kemudian pada 5 Januari 1967, serangan gas terbesar terjadi di Desa Kitaf, menyebabkan 270 orang tewas dan 140 lainnya luka.

Selama Perang Yaman, senjata kimia yang digunakan merupakan turunan halogen, yakni fosgen, gas mustard, boris, klorida atau sianogen bromida.

5. Perang Teluk

Kementerian Pertahanan AS dan Badan Intelijen Pusat (CIA) bersikukuh pasukan Irak di bawah Saddam Hussein tidak menggunakan senjata kimia selama Perang Teluk Persia pada 1991. Namun, ahli senjata kimia Jonathan B Tucker menegaskan Irak menggunakan senjata kimia untuk menyerang Kuwait dan Irak selatan.

Pasukan militer melaporkan adanya gejala akut seperti terkena paparan zat kimia beracun. Senjata kimia yang melumpuhkan saraf seperti tabun, sarin, dan siklosarin serta penggunaan bahan yang dapat membuat kulit melepuh, seperti belerang, mustard, dan lumina terdeteksi di Irak.

6. Perang Iran-Irak

Selama perang Iran-Irak pada 1980-an, Saddam Hussein menggunakan senjata kimia, termasuk tabun untuk melawan Iran dan warga minoritas Kurdi di Irak. Sekitar 100.000 tentara Iran menjadi korban senjata kimia Irak. Banyak yang terkena gas mustard.

Selain itu, gas pelumpuh saraf menewaskan sekitar 20.000 tentara Iran. Dari 80.000 korban selamat, sekitar 5.000 di antaranya harus menjalani perawatan medis secara teratur, dan sekitar 1.000 orang cacat permanen.

7. Perang Sipil Suriah

Pada 2013, militer Suriah menggunakan gas sarin melawan warga sipil. Ratusan warga terbunuh akibat perang ini.

Gas sarin, mustard, dan klorin digunakan selama konflik ini. Dalam empat kasus, PBB mengonfirmasi penggunaan gas sarin. Pada Agustus 2016, militer Suriah menjatuhkan bom klorin ke Kota Talmen.

Pada 2016, kelompok pemberontak menggunakan gas klorin untuk melawan milisi Kurdi dan warga sipil di Aleppo.

8. Serangan Suriah ke Ghouta

Sedikitnya 16 orang dirawat karena terpapar gas beracun di sebuah rumah sakit Ghouta Timur. Mereka diduga menghirup gas klorin dalam serangan udara dan artileri pasukan Suriah pada Minggu 25 Februari 2018.

Direktorat Kesehatan Wilayah Damaskus (RDHD) menyatakan, para korban yang dirawat di fasilitas medis menunjukkan gejala konsisten terkena gas beracun. Para korban harus mendapat bantuan pernapasan dari tabung okisgen.

Kelompok relawan medis, The White Helmets, menyatakan, seorang anak meninggal akibat gas klorin. Kedua kelompok yang bertikai saling menuduh pihak lawan menggunakan gas klorin sebagai senjata.

Editor : Anton Suhartono
Artikel Terkait
Internasional
3 bulan lalu

Thailand Bantah Gunakan Senjata Kimia di Kamboja: Informasi Palsu!

Internasional
3 bulan lalu

Waduh, Kamboja Tuduh Thailand Pakai Senjata Kimia

Internasional
10 bulan lalu

Rusia Tangkap Pembunuh Jenderal Pakar Senjata Nuklir, ternyata Pria Uzbekistan Suruhan Ukraina

Internasional
1 tahun lalu

Pengadilan Prancis Perkuat Perintah Penangkapan Presiden Suriah Bashar Al Assad

Berita Terkini
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
Network Updates
News updates from 99+ regions
Personalize Your News
Get your customized local news
Login to enjoy more features and let the fun begin.
Kanal