TULSA, iNews.id - Kampanye Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, di Tulsa, Oklahoma, dapat dikatakan sepi peminat dibandingkan dengan target yang diproyeksikan gedung putih.
Gedung Putih menargetkan kampanye Trump di Tulsa bisa dihadari oleh 100 ribu orang. Namun, fakta di lapangan pada Minggu (21/6/2020) pendukungnya yang hadir kurang dari 19 ribu orang atau tak sampai 50 persen dari yang diperkirakan.
Meskipun masa kampanye masih punya waktu panjang, apa yang terlihat di Tulsa diyakini sebagai indikasi popularitas Trump menurun akibat krisis kesehatan, ekonomi serta terbaru isu rasisme yang bergejolak dalam beberapa pekan terakhir.
Dilansir dari AFP, para pendukung Trump yang hadir mengenakan atribut bertuliskan slogan kampanye presiden petahana "Make American Great Again" kebanyakan tidak memakai masker serta tidak menjaga jarak. Padahal, kasus Covid-19 di negara bagian Oklahoma terus meningkat.
Dalam pidato kampanyenya, Trump kembali mengemukakan tema-tema pada pemilu 2016 lalu yakni soal imigran, membangun tembok perbatasan, hingga menyoroti pasar saham yang meningkat.
Trump juga menyinggung aksi demonstrasi Black Lives Matter yang berujung vandalisme; perusakan patung serta coretan di landmark-landmark beberapa negara bagian. Presiden ke-45 Amerika Serikat itu menuding aksi antirasial yang dipicu kematian George Floyd ditunggangi lawan politiknya.
"Gerombolan sayap kiri yang tidak dihancurkan berusaha merusak sejarah kami, menodai monumen indah kami, merobohkan patung-patung kami, dan menghukum, membatalkan dan menganiaya siapa pun yang tidak sesuai dengan tuntutan mereka untuk kontrol absolut dan total," kata Trump.