"Dalam dua pekan kedepan kami mungkin tidak akan memiliki lagi tempat tidur kosong," ujar Domingo Moreno, Koordinator Koalisi Serikat Pekerja Kesehatan.
Permasalahan lain yang dihadapi Panama adalah perbandingan tenaga medis dengan jumlah pasien yang harus mendapatkan perawatan intensif. Dari laporan otoritas resmi hampir 20.000 orang berada di rumah atau hotel untuk melakukan isolasi, sedangkan 1.000 orang lainnya berada di rumah sakit, 159 diantaranya harus dirawat di instalasi gawat darurat.
Otoritas memperkirakan bahwa setiap 100 orang terinfeksi, 20 di antaranya harus dibawa ke rumah sakit. Ini berarti rata-rata ada 200 orang dirujuk ke rumah sakit tiap harinya dan 50 dari mereka harus masuk ke unit perawatan intensif.
"Ini melelahkan, terkadang kami harus kembali lagi malam hari untuk bertugas. Tetapi, ya kami lakukan saja," ujar Giselle Sanchez, dokter yang menangani pasien Covid-19.
Selain dihantui kelelahan, para tenaga medis di Panama juga diselimuti kekhawatiran ikut tertular Covid-19. Ini disebabkan mereka tidak didukung stok alat pelindung diri (APD) yang mencukupi. Fakta ini mendorong tenaga kesehatan melakukan unjuk rasa pekan kemarin menuntut pemerintah segera memenuhi kebutuhan APD.