Meski publik Arab masih menaruh simpati besar pada perjuangan Palestina, elit politik UEA cenderung melihat konflik Israel–Palestina sebagai isu yang sudah “stagnan” dan sulit diselesaikan.
Dengan menjalin hubungan dengan Israel, Abu Dhabi berharap dapat memengaruhi kebijakan Tel Aviv dari dalam, sekaligus memperkuat posisinya sebagai pemain kunci diplomasi Timur Tengah.
Namun, langkah ini menuai kritik luas. Banyak pihak menilai UEA telah “mengkhianati” solidaritas Arab dan melemahkan posisi Palestina dalam negosiasi.
Dukungan UEA terhadap Israel bukan semata karena kedekatan ideologis, melainkan kombinasi kepentingan ekonomi, keamanan, dan geopolitik. Bagi Abu Dhabi, menjalin hubungan dengan Israel adalah strategi pragmatis untuk bertahan di tengah dinamika kawasan yang semakin kompleks.
Namun, bagi sebagian besar dunia Arab, langkah ini tetap menjadi simbol pergeseran sikap, dari solidaritas Palestina menuju politik realisme modern Timur Tengah.