"Saya bekerja beberapa waktu lalu di daerah konflik, di tempat itu terjadi peperangan dan kita diminta membawa tentara untuk mencapai base. Suatu ketika kita terbang melalui jalur merah," ujarnya, tanpa menyebut untuk maskapai apa dia bekerja serta negara dimaksud.
Di daerah itu, lanjut dia, pilot harus menerbangkan pesawat di bawah 30.000 kaki untuk menghindari rudal yang biasa beroperasi di jalur atasnya, dari selatan ke utara.
"Suatu waktu saat kita terbang, weather (cuaca) bagus, lagi menikmati sunset, lagi menikmati kopi, tahu-tahu di bawah saya ada rudal. Kecepatannya sama dengan pesawat," tuturnya.
Dia menjelaskan saat itu memang sedang terjadi perang antara satu negara dengan lainnya.
Ketika terbang, rudal tepat di bawah pesawat yang dibawa Syahreza yakni Airbus A320. Namun kelamaan rudal berpisah karena menuju sasaran yang dituju, berbeda dengan arah pesawatnya.
"Kemudian kita laporkan, itu pertama kali buat saya melihat rudal dalam jarak dekat. Tapi karena rudal itu kan GPS guidence, maka tidak memengaruhi pesawat kita," ujarnya.
Sebelum rudal terlihat Syahreza sempat curiga karena indikator di pesawat menunjukkan keanehan, seperti mendeteksi benda besar dan panas melaju di bawah.