Attar menjelaskan, serangan terjadi sekitar pukul 06.00 saat bersiap-siap untuk pergi. Serangan berlangsung sangat cepat, terdengar suara alarm lalu pingsan.
Begitu sadar, Attar merasakan sakit luar biasa kemudian melihat rumahnya telah hancur.
"Saya dengan putus asa memanggil anak-anak dan istri, tetapi sudah terlambat. Enam anak saya, termasuk empat anak kembar, tewas seketika dalam serangan itu," ujarnya.
Attar menegaskan tak tahu mengapa rumahnya menjadi target serangan.
Dia kini hidup seorang diri, terpaksa menerima kenyataan hidup.
"Saya bekerja tanpa lelah untuk menghidupi keluarga dan melihat anak-anak saya tumbuh dewasa, bermimpi memberi mereka masa depan lebih baik; rumah besar, mobil, dan ponsel. Tapi sekarang semua mimpi itu telah hancur," ujarnya.