LONDON, iNews.id - Staf rumah sakit yang menyelamatkan nyawa mantan agen ganda Rusia yang diserang zat kimia beracun, Sergei Skripal dan putrinya, Yulia Skripal, mengungkapkan kekhawatiran mereka saat menangani korban serangan zat kimia pelumpuh saraf.
Skripal dan Yulia ditemukan tak sadarkan diri di bangku taman di pusat perbelanjaan di Salisbury, Inggris, pada 4 Maret. Ternyata, para staf di Salisbury District Hospital awalnya tidak tahu jika Skripal dan putrinya terpapar zat kimia beracun.
Direktur Keperawatan Lorna Wilkinson mengatakan momen kunci terjadi saat polisi Nick Bailey dirawat dengan gejala yang sama.
"Ada kekhawatiran nyata tentang seberapa besar masalah ini terjadi. Apakah kita baru saja memiliki dua pasien indeks yang mengalami sesuatu yang benar-benar bisa memakan dan melibatkan banyak korban? Karena kami benar-benar tidak tahu (apa pun)pada saat itu," ujar Wilkinson, seperti dilaporkan BBC.
Sarah Clark, yang sedang bertugas malam itu, menambahkan, ada kekhawatiran bahwa staf rumah sakit mungkin akan terkena zat kimia.
"Kita tidak mengambil tindakan pencegahan ekstra dalam hal melindungi diri kita sendiri," ujar Clark.
Ketika sudah tahu apa yang mereka hadapi jelas, yakni zat kimia beracun, staf rumah sakit mengaku tidak memiliki harapan besar melihat Sergei dan Yulia Skripal bisa pulih.
Tetapi setelah beberapa pekan perawatan yang melibatkan saran ahli dari fasilitas penelitian Porton Down terdekat, Yulia dan kemudian Sergei akhirnya iizinkan melanjutkan pemulihan di alamat yang dirahasiakan.
Kesaksian para staf medis ini menyoroti pentingnya keputusan yang dibuat pada saat-saat penting, antara lain soal perawatan intensif yang cepat, obat penenang berat yang digunakan untuk membatasi kerusakan otak, serta pentingnya saran, tes, dan perawatan yang disarankan oleh para ahli Porton Down.
Ketika Skripal ditemukan, diduga terkena overdosis opioid.
"Kami baru saja diberitahu ada dua pasien di ruang gawat darurat yang tidak sehat dan mereka akan datang ke unit itu," kata Clark, merujuk pada malam Skripal dan putrinya tiba di rumah sakit.
Namun ketika polisi menyadari Skripal merupakan mata-mata Rusia, mereka memberi tahu rumah sakit dan mendiskusikan kemungkinan bahwa dia mungkin menjadi korban serangan yang ditargetkan.
Kemuudian insiden besar ini tersebar di rumah sakit dan polisi berusaha melindungi Skripal.
"Saya berbicara dengan perawat yang bertanggung jawab dan itu merupakan percakapan yang tidak pernah saya bayangkan dalam imajinasi terliar saya dengan siapa pun. Intinya cerita tentang mata-mata Rusia terkenal dirawat di rumah sakit dalam keadaan yang sangat tidak biasa," kata dokter konsultan perawatan intensif senior rumah sakit, Duncan Murray.
Ketika mereka melanjutkan perawatan, staf medis membuang teori sebelumnya tentang keracunan opioid, dan mulai menyadari yang mereka hadapi adlah gejala khas organofosfat, atau zat pelumpuh saraf, atau keracunan zat kimia.
"Ketika kami pertama kali menyadari ini merupakan zat kimia pelumpuh saraf, kami berpikir mereka tidak bertahan hidup. Kami akan mencoba semua terapi. Kami akan memastikan perawatan klinis terbaik. Tapi semua bukti ada di sana bahwa mereka tidak akan bertahan hidup," kata dokter konsultan perawatan intensif rumah sakit, Stephen Jukes.
Ayah dan anak itu dibius dengan berat yang memungkinkan mereka menerima peralatan medis yang cukup banyak, namun membantu melindungi mereka dari kerusakan otak, salah satu konsekuensi yang kemungkinan besar mereka alami dari keracunan zat kimia.
Seiring waktu, obat bius mulai dikurangi dan ruang udara beralih dari mulut ke trakea, seperti yang ditunjukkan oleh bekas luka yang terlihat di leher Yulia Skripal dalam video pernyataan yang dia berikan beberapa waktu lalu.
Setelah pasien sadar, staf harus hati-hati mempertimbangkan terkait apa yang mereka katakan kepada mereka tanpa mengurangi investigasi polisi. Staf rumah sakit juga harus memutuskan saat yang tepat untuk mengijinkan detektif boleh menanyai pasien.
"Itu merupakan keputusan yang sangat sulit, karena di satu sisi Anda ingin memberikan jaminan kepada pasien bahwa mereka aman dan mereka sedang dirawat, dan di sisi lain Anda tidak ingin memberi mereka informasi yang mungkin menyebabkan kesulitan dengan wawancara polisi selanjutnya," kata direktur medis rumah sakit, Christine Blanshard.
Para dokter dan perawat, karena khawatir terhadap pasien mereka, bersikeras para pengawas internasional harus mendapatkan perintah pengadilan sebelum diizinkan mengambil sampel darah Skripal.
"Mereka adalah pasien yang rentan, mereka membutuhkan beberapa acuan hukum dan tanpa perintah pengadilan kami tidak bisa membiarkan hal-hal terjadi pada mereka tanpa persetujuan mereka," ujar Jukes.
Setelah Skripal stabil dan mampu berbicara, perhatian utama para staf medis adalah bagaimana produksi enzim asetilkolinesterase mereka. Enzim itu diperlukan untuk membangun kembali fungsi tubuh mereka kembali normal.
Tubuh akan melakukan ini secara alami setelah zat kimia pelumpuh saraf menyerang, namun prosesnya bisa memakan waktu berbulan-bulan.
Dalam mencoba kombinasi obat-obatan, Murray menyebut rumah sakit menerima masukan dari ahli internasional, yang beberapa berasal dari Porton Down.
Pendekatan baru untuk pengobatan juga dicoba. Jukes berujar, kecepatan pemulihan Skripal merupakan kejutan yang menyenangkan yang tidak dapat dijelaskan sepenuhnya.
Yulia akhirnya dipulangkan dari Rumah Sakit Salisbury District pada 9 April, dan pekan lalu membuat pernyataan terima kasih kepada rumah sakit. Sedangkan kepulangan ayahnya dari rumah sakit diumumkan pada 18 Mei.
Murray menyebut pemulihan dan keberhasilan para dokter menyelamatkan nyawa Skripal dilatarbelakangi perawatan dasar generik yang baik.
"Juga kerja sama tim yang sangat baik oleh para dokter, perawatan fantastis, dan dedikasi oleh perawat kami," ujar Murray.
Namun, mau tidak mau, akan ada pertanyaan jangka panjang soal kesehatan Skripal.
Dokter lain, Blanshard, menyebut timnya akan membutuhkan dukungan berkelanjutan, dengan catatan mereka akan terus menyelidiki soal efek dari zat kimia pelumpuh saraf.
"Kami memiliki pengalaman mendunia secara penuh terkait mengobati tiga pasien karena efek keracunan Novichok dan saya pikir aman untuk mengatakan bahwa kami masih belajar soal hal tersebut," ujarnya.