WASHINGTON, iNews.id - Koalisi pimpinan Amerika Serikat (AS) mengklaim telah menewskan sekitar 150 pejuang ISIS dalam serangan udara. Hal itu diungkapkan oleh juru bicara koalisi, Ryan Dillon, pada Selasa 23 Januari waktu setempat.
Dillon mengatakan serangan itu terjadi di Kota Asaf Shahah, Suriah, yang terletak di Lembah Sungai Efrat Tengah, sebuah wilayah di mana sisa-sisa ISIS masih beroperasi.
"Sasaran serangan tersebut adalah markas ISIS dan pusat komando dan kontrol," kata Dillon, kepada CNN, Rabu (24/1/2018).
Dia menyebut serangan tersebut melibatkan berbagai intelijen dari koalisi serta Pasukan Demokratik Suriah yang didukung AS. Sebuah pernyataan dari koalisi mengungkap target serangan adalah lokasi eksklusif ISIS.
Pasukan koalisi telah mengintai markas tersebut sejal lama dan mengesampingkan adanya kemungkinan korban dari warga sipil.
Seorang pejabat militer AS melaporkan serangan melibatkan jet tempur Angkatan Laut AS F/A-18 serta pesawat tak berawak. Kapal induk USS Theodore Roosevelt saat ini juga beroperasi di Teluk untuk mendukung serangan melawan ISIS di Suriah.
"Serangan tersebut menggarisbawahi pernyataan kami bahwa perjuangan untuk membebaskan Suriah masih jauh dari selesai," kata komandan Satuan Tugas Operasi Khusus Koalisi di Suriah, James Jarrard, dalam sebuah pernyataan setelah serangan.
Jarrard menambahkan pasukan koalisi dan anggota-anggota Pasukan Demokratik Suriah masih menargetkan kelompok ISIS yang berniat mempertahankan eksistensi mereka di wilayah tersebut.
"Kami tidak dapat mengalihkan fokus kami dari misi ini. Kami tidak boleh kehilangan momentum untuk membawa para teroris ini keluar dari medan perang dan mencegah mereka untuk berpindah ke tempat lain," ujarnya.
Serangan ini bertepatan saat Turki meluncurkan operasi militer ke Suriah dengan menargetkan pejuang YPG Kurdi di wilayah Afrin.
Penasihat utama Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan kepada CNN, AS telah meyakinkan Turki bahwa pihaknya hanya akan mendukung milisi Kurdi sampai ISIS dikalahkan. Dia juga meminta AS untuk menghentikan dukungannya. Pejabat AS sendiri telah menekankan ISIS tetap menjadi ancaman.
Sementara itu, seorang pejabat militer AS pun menyebut operasi Turki di Afrin tidak berdampak pada operasi koalisi melawan ISIS. Pejabat ini memaparkan sekitar 57.000 pasukan Demokratik Suriah beranggotakan mayoritas Arab, yakni sekitar 52 persen pejuangnya adalah orang Arab dan 48 persen Kurdi.