Situs itu juga mempublikasikan sejumlah besar email yang diretas dari tim kampanye calon presiden Partai Demokrat tahun 2016, Hillary Clinton, fakta yang digarisbawahi oleh senator faksi Demokrat Richard Blumenthal dari negara bagian Connecticut.
"Dia seharusnya diekstradisi dan diadili di sini," ujar Blumenthal.
"Dia harus diadili atas perannya dalam campur tangan Rusia pada pemilu kita, dan semakin cepat semakin baik," ujarnya.
Sejauh ini, Departemen Kehakiman AS membatasi ruang lingkup tuduhan terhadap Assange pada kepemilikan informasi sensitif secara ilegal. Eksekutif WikiLeaks yang lahir di Australia itu menggambarkan dirinya sebagai "whistleblower", yang ditolak oleh anggota Kongres dari kedua faksi.
Sementara itu, mantan presiden Ekuador Rafael Correa menuduh pemimpin saat ini, yaitu Presiden Lenin Moreno, membalas dendam terhadap Julian Assange atas publikasi dokumen-dokumen yang menuduh keterlibatan Moreno dalam korupsi.
Correa, yang memimpin negara di Amerika Latin itu ketika Assange mendapat suaka politik di Kedutaan Ekuador di London, pada Kamis (11/4) mengatakan keputusan untuk mencabut suaka bagi Assange sebagai "keputusan pengecut."
Dalam serangkaian pernyataan di Twitter, Correa mengecam Moreno karena mengizinkan otoritas Inggris menangkap Assange. Correa mengaitkan penangkapan Assange dengan pengungkapan rekening bank luar negeri yang diduga terkait dengan keluarga dan teman-teman Moreno oleh WikiLeaks.
"Keputusan itu tidak akan pernah dilupakan oleh seluruh umat manusia," ujar Correa.