Namun, US Air Force Global Strike Command menyatakan uji coba itu hanya untuk menunjukkan kemampuan sistem rudal balistik antarbenua negaranya, bukan sebagai respons atas peristiwa di dunia atau ketegangan regional.
Korut menimpali, negaranya bisa saja merespons dengan tingkat yang sama, namun lebih memilih menahan diri dan menilai terlalu dini untuk melakukannya.
Hanya saja Kemlu Korut mengingatkan kesabaran pihaknya punya batas. Kecaman negara-negara Eropa itu justru mendorong Korut untuk mempertimbangkan apakah akan mencabut moratorium pengujian coba rudal balistik antarbenua dan senjata nuklir atau tidak.
Pernyataan Kemlu Korut itu juga disampaikan setelah pertemuan tingkat kerja antara wakil Korut dan AS di Swedia pada akhir pekan lalu, membahas denuklirisasi, berakhir buntu.
Pejabat Korut menilai perundingan itu gagal karena AS tidak datang dengan usulan baru. Ditegaskan, jadi atau tidaknya pengujian kembali senjata-senjata besar termasuk rudak balistik antarbenua dan nuklir bergantung pada sikap AS.
Beberapa pengamat menilai ancaman ini mungkin sebagai taktik Korut untuk menekan AS agar memberikan kelonggaran untuk menguji coba kembali senjata-senjata pemusnah massalnya yang dihentikan sejak akhir 2017.