Protes itu juga menyusul banjir yang belum pernah terjadi sebelumnya awal bulan ini yang menghancurkan Venesia. Banjir itu menenggelamkan rumah, bisnis, dan kekayaan budaya.
"Warga Venesia baru saja mengalami luka yang dalam. Banjir itu membuat kota ini bertekuk lutut dan terlihat kerapuhannya yang ekstrem kepada dunia," kata aktivis Enrico Palazzi, kepada AFP.
Venesia kembali dilanda "acqua alta" (gelombang air tinggi) pada Minggu (24/11/2019), dengan tingkat mencapai 130 sentimeter (lebih dari empat kaki).
Venesia, yang merupakan kota Warisan Dunia UNESCO, merupakan rumah bagi sekitar 50.000 orang, sementara sekitar 36 juta orang mengunjunginya setiap tahun.