TOKYO, iNews.id - Legoland merupakan salah satu tempat wisata favorit di Jepang. Tempat ini mampu menarik perhatian karena terdapat banyak wahana yang memancing kreativitas, dengan merancang, membangun, serta memacu mobil Lego mereka sendiri.
Bagi keluarga tunarungu asal Niigata, Tsuyoshi Abe dan dua anaknya, Legoland merupakan tempat yang sempurna untuk berekereasi. Namun, bukan kesenangan yang didapat, mereka justru diusir oleh petugas Legoland di Tokyo.
Saat itu, putra Abe bertanya mengapa anak lain dapat bermain, sedangkan mereka tidak bisa.
Karyawan lalu bertanya dan menjelaskan, apakah ada di antara mereka yang bisa mendengar. Abe kemudian diberi tahu bahwa kebijakan theme park mengharuskan tamu penyandang cacat memiliki setidaknya satu pendamping untuk menemani.
Karena ketiga anggota keluarega Abe tidak dapat mendengar, staf tidak dapat memberikan izin masuk.
Abe tak menyerah, dia memperkarakan masalah ini ke dinas terkait. Sebagai seorang guru tunarungu dan perwakilan kelompok pendukung anak-anak penyandang cacat di sekolahnya, dia menghubungi Federasi Tunarungu Jepang, sehinngga kasus ini sampai ke pemerintah.
Pengadilan menyimpulkan, menolak akses bagi penyandang cacat ke toko, taman, atau layanan umum melanggar UU Penghapusan Diskriminasi terhadap Penyandang Cacat. Para penyandang cacat seharusnya didampingi petugas dari tempat tersebut.
Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan Industri Jepang secara resmi meminta setiap perusahaan bekerja keras untuk lebih memahami hukum dan menerapkan perubahan yang sesuai bagi penyandang cacat.
Legoland pun menyampaikan permintaan maaf, melalui perwakilan Merlin Japan Entertainment, Peter Lee. Dia berjanji orangtua dan anak-anak dapat berkunjung ke taman hiburan tanpa dipersulit.
Masalah Abe ini pun menjadi viral di Jepang. Banyak warganet bertanya-tanya soal kebijakan yang diterapkan Legoland Jepang. Ada pula yang menyebut penyandang cacat pasti menyadari bila ada bencana yang tiba-tiba terjadi.
"Mengapa staf mereka tidak bisa menemani keluarga?" tulis seorang warganet di media sosial.
"Pasti Anda tidak perlu harus mendengar untuk memperhatikan ada bencana. Jika semua orang di sekitar berlari, Anda pasti berlari juga," ucap netizen lainnya.