Krisis energi di Lebanon merupakan akibat dari krisis keuangan yang telah menghancurkan ekonomi sejak 2019. Krisis membuat lebih dari tiga perempat populasi jatuh dalam kemiskinan.
Pasokan bahan bakar habis. Lebanon tidak memiliki mata uang yang cukup untuk menutup impor. Bahkan, layanan penting termasuk beberapa rumah sakit terpaksa mengurangi atau menutup operasinya.
Pemerintah AS menegaskan kembali bahwa sanksi terhadap penjualan minyak Iran tetap berlaku, tetapi belum mengatakan apakah pihaknya mempertimbangkan untuk memberlakukan tindakan terhadap Lebanon atas tindakan Hizbullah.
Washington menunjuk Hizbullah sebagai kelompok teroris dan juga menargetkannya dengan pemberian sanksi.