Sumber pemerintah dan diplomatik di Yerusalem mengklaim, Israel telah mencoba menawarkan bantuan sejak Selasa lalu untuk mengirim peralatan medis ke Lebanon melalui PBB—yang memantau zona penyangga antara kedua negara. Namun, upaya itu tidak berhasil.
Israel bahkan berusaha mengirim personel medis ke Siprus, tempat para korban Beirut dapat dirawat, menurut sumber tersebut. “Itu adalah sikap yang sangat manusiawi. Ini adalah isyarat yang dapat mempersatukan kedua negara (Lebanon dan Israel),” ujar mantan kepala intelijen militer Israel, Amos Yadlin, kepada wartawan.
Kenangan pahit
Yadlin pun menyalahkan para pendukung Hizbullah di Iran atas berlanjutnya permusuhan antara Israel dan Lebanon. Dia bersikeras bahwa “tidak ada perselisihan nyata” antara kedua tetangga itu.
“Satu-satunya alasan tidak ada perdamaian antara Israel dan Lebanon adalah fakta bahwa Iran mengambil alih negara kecil ini melalui wakilnya Hizbullah dan mereka menciptakan alasan untuk menjaga konflik tetap berlangsung,” klaimnya.
Di Beirut, banyak orang yang memiliki kenangan pahit soal invasi Israel ke Lebanon pada 1982. Mereka masih ingat akan pendudukan zionis di wilayah selatan Lebanon hingga 2000, juga; perang pada 2006 yang menewaskan 1.200 orang—yang kebanyakan dari mereka adalah warga sipil.
Nasib ratusan ribu pengungsi Palestina yang terjebak di Lebanon selama beberapa dekade, setelah melarikan diri atau diusir dari tanah air mereka dalam beberapa gelombang menyusul pembentukan Israel pada 1948, adalah masalah pelik lainnya. Tuntutan jangka panjang agar para pengungsi itu bisa kembali ke Tanah Palestina tetap menjadi poin penting perselisihan antara Lebanon dan Israel.
Trauma akibat ledakan yang menghancurkan Kota Beirut—yang menewaskan lebih dari 150 orang dan melukai sedikitnya 5.000 orang, serta menyebabkan sekitar 300.000 tunawisma—membuat orang-orang Lebanon tidak begitu mempedulikan tawaran Israel. Alih-alih menerima, sebagian dari mereka malah mengejek dan memandang sarkasme tawaran zionis itu.
“Israel harus berhenti mengeksploitasi bencana ini untuk menutupi kejahatannya terhadap Lebanon,” demikian bunyi salah satu tweet dalam Bahasa Inggris yang muncul sejak tiga hari lalu.