Meskipun tekanan dari dalam dan luar negeri semakin kuat, termasuk dari negara-negara Eropa seperti Irlandia, Spanyol, dan Norwegia yang telah secara resmi mengakui negara Palestina, Inggris masih mengambil sikap hati-hati. Padahal, menurut Macron, semakin lama penundaan pengakuan tersebut, semakin memburuk situasi di wilayah Palestina, khususnya akibat pencaplokan wilayah oleh Israel yang terus berlangsung.
“Apa yang telah kita saksikan adalah pencaplokan lebih lanjut di Tepi Barat,” kata Lammy.
Pengamat menilai perbedaan pendekatan antara Inggris dan Prancis ini mencerminkan dilema diplomatik Barat dalam menangani konflik Israel-Palestina. Di satu sisi ada tekanan untuk menunjukkan dukungan terhadap hak rakyat Palestina, namun di sisi lain ada kekhawatiran terhadap dampaknya terhadap hubungan strategis dengan Israel.
Dengan konflik yang terus memanas dan jumlah korban sipil terus meningkat, perdebatan mengenai waktu dan cara pengakuan terhadap Palestina diperkirakan akan menjadi isu politik besar dalam hubungan Eropa dan Timur Tengah dalam waktu dekat.