Keluhan lain disampaikan seorang perempuan Thailand, Aphinya Thasripech (32). Terlebih, di perutnya ada janin berusia 2 bulan.
Aphinya datang ke China untuk menikah dengan pria asal Xiantao, berjarak 200 kilometer dari Wuhan. Namun kini dia dan suaminya terperangkap.
"Saya merasa sakit karena mereka tidak peduli dengan kami. Entah, saya bisa mati kelaparan atau terinfeksi," kata pekerja pabrik itu, seraya mengkhawatirkan nasib janinnya.
Pemerintah Thailand mengaku masih menunggu izin dari otoritas China untuk mengevakuasi 65 warganya di Wuhan.
Namun menurut Aphinya, situasi ini sama saja seperti menunggu waktu untuk mati.
"Cepat atau lambat akan sampai ke kita," kata Aphinya, seraya menceritakan seorang pria yang tiba-tiba ambruk saat berada di restoran dekat tempat tinggalnya.
Beberapa warga Myanmar yang tinggal di Wuhan juga menjerit di Facebook meminta agar segera dijemput.
"Negara-negara lain sudah menjemput warga mereka, kapan kami bisa pulang? Saya sakit kepala karena terlalu sering menangis. Saya tidak bisa tidur di malam hari," kata Khin Thiri Thant Zin, seorang dokter magang di rumah sakit Wuhan.