Hingga pada tahun 1987, dia mengundurkan diri dari jabatan di tengah demonstrasi besar-besaran mahasiswa yang menuntut pemilihan langsung.
Mantan komandan militer ini dijuluki 'penjagal Gwangju' karena mengirimkan tentaranya ke Kota Gwangju tahun 1980 untuk membantai demonstran yang terdiri atas mahasiswa pro-demokrasi.
Namun dia tetap membantah mengirim pasukan ke Kota Gwangju. Sebaliknya, menurut kesaksian para penyintas, mantan perwira militer dan penyelidik, ribuan mahasiswa diyakini telah tewas akibat pembantaian di Gwangju.
Terkait kudeta, dia berdalih nekat melakukan langkah tersebut demi menyelamatkan bangsa dari krisis politik.
"Saya yakin saya akan mengambil tindakan yang sama, jika situasi yang sama muncul," kata Chun di pengadilan seperti dilansir dari Reuters.
Akibat kejahatannya tersebut, dia menerima hukuman mati pada 1996. Dia lantas melakukan upaya banding dan mendapat keringanan. Dia pun bebas setelah mendapat pengampunan Presiden Kim Young-sam.