Rama mengatakan serangan siber pada Juli telah mengancam untuk melumpuhkan layanan publik, menghapus sistem digital dan meretas catatan negara, mencuri komunikasi elektronik intranet pemerintah dan menimbulkan kekacauan dan ketidakamanan negara.
Beberapa hari setelah serangan siber, media berbasis Tirana melaporkan bahwa peretas telah mempublikasikan data pribadi anggota oposisi yang disimpan di komputer negara Albania seperti nomor pribadi, nomor sosial dan keamanan, nama dan foto.
Washington, sekutu terdekat Albania, juga menyalahkan Iran atas serangan itu. AS berjanji untuk mengambil tindakan lebih lanjut untuk meminta pertanggungjawaban Iran atas tindakan yang mengancam keamanan sekutunya tersebut.
Hubungan Albania dan Iran mulai tegang sejak 2014. Saat itu, Albania menerima sekitar 3.000 anggota kelompok oposisi Organisasi Mujahidin Rakyat Iran yang diasingkan juga dikenal dengan nama Farsinya Mujahideen-e-Khalq. Mereka telah menetap di sebuah kamp dekat Durres, pelabuhan utama negara itu.