Membaca Motif Bantuan China di Balik Jatuhnya Heli dan Jet Tempur AS di Laut China Selatan

Anton Suhartono
Tawaran bantuan China terkait jatuhnya armada militer AS di Laut China Selatan memunculkan pertanyaan, apakah murni kemanusiaan atau ada motif lain (Foto:US Navy)

BEIJING, iNews.id - Tanggapan Beijing terhadap jatuhnya armada militer Amerika Serikat (AS) di Laut China Selatan memunculkan pertanyaan besar, apakah tawaran bantuan itu kepada Washington murni kemanusiaan atau bagian dari strategi diplomasi halus di tengah rivalitas militer kedua negara?

Pada Minggu (26/10/2025), helikopter MH-60R Sea Hawk dan jet tempur F/A-18F Super Hornet milik Angkatan Laut AS jatuh di Laut China Selatan dalam dua insiden berbeda waktu. Kedua pesawat berasal dari kapal induk USS Nimitz, yang sedang melakukan operasi rutin di perairan internasional.

Menurut Komando Armada Pasifik AL AS, seluruh kru berhasil diselamatkan tanpa korban jiwa. Namun, insiden itu kembali menyoroti tingginya risiko operasi militer di kawasan yang menjadi pusat persaingan antara dua kekuatan dunia tersebut.

Respons Beijing: Kritik, tapi Siap Menolong

Dalam konferensi pers pada Senin (27/10/2025), Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) China, Guo Jiakun, menuding aktivitas militer AS di Laut China Selatan sebagai akar ketegangan kawasan.

“AS sedang memamerkan kekuatannya dengan sering mengirim pesawat militer ke Laut China Selatan, dan ini menjadi penyebab utama terganggunya perdamaian dan stabilitas,” kata Guo.

Namun, di balik kritik itu, Beijing juga mengulurkan tangan.

“Jika Amerika Serikat memiliki permintaan, maka China akan memberikan bantuan yang diperlukan atas dasar kemanusiaan,” ujarnya.

Pernyataan itu mencuri perhatian karena datang di tengah hubungan militer kedua negara yang memburuk. Tawaran bantuan tersebut, meski terdengar humanis, juga bisa dibaca sebagai langkah diplomatik yang cermat, menunjukkan China sebagai pihak yang “lebih rasional” di kawasan.

Strategi Citra: Soft Power di Tengah Hard Power

Pengamat pertahanan dari RAND Corporation, Michael Horowitz, mengatakan tawaran Beijing bisa jadi bagian dari strategi citra global.

“China ingin menegaskan dirinya bukan sebagai pengacau kawasan, tapi penjaga stabilitas. Dengan menawarkan bantuan, Beijing mencoba menampilkan wajah kemanusiaan di tengah ketegangan militer,” ujarnya.

Dalam beberapa tahun terakhir, Beijing memang aktif membangun narasi bahwa Laut China Selatan adalah ‘rumah bersama’ bagi China dan ASEAN, bukan arena dominasi kekuatan eksternal. Pernyataan Guo Jiakun juga menegaskan posisi itu.

“Perdamaian dan stabilitas di Laut China Selatan harus dijaga bersama oleh negara-negara kawasan,” katanya.

Namun di sisi lain, tindakan China terhadap Filipina dan Vietnam, seperti penghadangan kapal, penggunaan meriam air, dan blokade di Second Thomas Shoal, menunjukkan bahwa Beijing tetap mempertahankan kebijakan keras terhadap klaim teritorial.

Editor : Anton Suhartono
Artikel Terkait
Internasional
3 jam lalu

Nah, Senator AS Sebut Masa Jabatan Presiden Venezuela Maduro hanya Menghitung Hari

Internasional
3 jam lalu

Trump Akhirnya Ngaku Jalani MRI saat Pemeriksaan Medis, Ada Apa?

Internasional
4 jam lalu

Trump: Amerika dan Rusia Tidak Sedang Berlomba Nuklir

Internasional
6 jam lalu

Diejek soal Serangan 11 September, Cawalkot New York Mamadani: Muslim Biasa Hadapi Hinaan!

Berita Terkini
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
Network Updates
News updates from 99+ regions
Personalize Your News
Get your customized local news
Login to enjoy more features and let the fun begin.
Kanal