"Itu adalah terorisme dan bunuh diri. Anda tidak dapat membawa tas plastik, Anda akan ditanyai oleh militer dan polisi ketika menggunakan tas punggung. Tapi Anda bisa melihat, di sekeliling ada potongan-potongan daging. Kami bahkan menginjaknya," ujar Duterte.
Sementara itu Lorenzana mengatakan, pemeriksaan ketat terhadap tas bawaan jemaat di pintu masuk gereja akan mempersulit pelaku. Untuk itu, kemungkinan pelaku mengikat bom itu di tubuhnya. Pelaku yang masuk diketahui perempuan dan bom di luar diledakkan oleh laki-laki.
Sementara itu tiga hari pascaledakan gereja, masjid di Zamboanga, kota berpenduduk mayoritas Kristen, dilempar granat hingga menewaskan dua orang. Belum diketahui siapa dalang di balik serangan tersebut.
Aksi ini semakin memperuncing konflik antaragama di Mindanao pascareferendum pada 21 Januari 2019. Hasil referendum secara meyakinkan memberi kesempatan kepada muslim Mindanao untuk membentuk pemerintahan sendiri. Tujuan referendum ini untuk mengakhiri konflik sejak 40 tahun lalu di Mindanao yang telah menewaskan sekitar 150.000 orang.