JAKARTA, iNews.id – Ledakan di Ibu Kota Lebanon, Beirut, Selasa (4/8/2020), menewaskan sedikitnya 100 orang dan melukai 4.000 lainnya. Menurut pemerintah setempat, ledakan tersebut disebabkan amonium nitrat yang disimpan selama bertahun-tahun di kota itu.
Amonium nitrat adalah zat kristal tak berbau yang biasa digunakan sebagai pupuk. Senyawa ini juga menjadi penyebab berbagai ledakan di kawasan industri selama beberapa dekade.
Beberapa peristiwa ledakan akibat amonium nitrat yang tercatat dalam sejarah antara lain seperti yang terjadi di pabrik pupuk Texas, AS, pada 2013. Ledakan yang menewaskan 15 orang kala itu terjadi secara sengaja.
Sementara, ledakan lainnya terjadi di sebuah pabrik kimia di Toulouse, Prancis, pada 2001. Berbeda dengan yang di Texas, ledakan yang membunuh 31 orang itu terjadi tidak disengaja.
Ketika dikombinasikan dengan bahan bakar minyak (BBM), amonium nitrat menciptakan peledak kuat yang banyak digunakan dalam industri konstruksi. Akan tetapi, bahan kimia ini juga disalahgunakan oleh beberapa kelompok pemberontak di negara-negara berkonfilk sebagai bahan peledak improvisasi.
Dua ton amonium nitrat digunakan untuk membuat bom dalam serangan Kota Oklahoma di AS pada 1995. Dalam peristiwa tersebut, sebuah bangunan federal AS hancur dan 168 orang tewas.
Perdana Menteri Lebanon, Hassan Diab mengatakan, ledakan yang terjadi di Beirut kemarin disebabkan oleh meledaknya 2.750 ton amonium nitrat yang telah disimpan selama bertahun-tahun di sebuah gudang di tepi pelabuhan kota itu. Beberapa video menunjukkan, efek ledakan tersebut mirip dengan bom atom.
Di bidang pertanian, pupuk amonium nitrat diaplikasikan dalam bentuk granul dan cepat larut di bawah kelembapan. Ini memungkinkan nitrogen—yang menjadi zat kunci dalam pertumbuhan tanaman—untuk dilepaskan atau disalurkan ke tanah.
Namun, dalam kondisi penyimpanan yang normal dan tanpa suhu panas yang sangat tinggi, sulit untuk menyalakan amonium nitrat. “Jika Anda melihat video (ledakan Beirut), Anda melihat asap hitam, Anda melihat asap merah. Itu adalah reaksi yang tidak lengkap,” kata profesor kimia di Universitas Rhode Island, Jimmie Oxley, kepada AFP, Rabu (5/8/2020).
“Saya berasumsi bahwa ada ledakan kecil yang memicu reaksi amonium nitrat (di Beirut itu). Soal apakah ledakan kecil itu hanya kecelakaan atau sesuatu yang sengaja, saya belum mendengar (kesimpulan tim penyelidik setempat),” tuturnya.