"Apa yang (warga Irak) akan dengar dari dia (Austin) adalah komitmen untuk mempertahankan kehadiran pasukan kami, tapi ini bukan hanya tentang instrumen militer. Amerika Serikat secara luas tertarik untuk menjalin kemitraan strategis dengan pemerintah Irak," kata seorang pejabat senior Dephan AS.
Invasi AS dan sekutunya pada 2003 menewaskan puluhan ribu warga sipil Irak serta menyebabkan ketidakstabilan. Situasi itu membuka jalan bagi hadirnya ISIS, terutama sejak AS menarik pasukan pada 2011.
Angka berbeda diungkap Watson Institute for International Studies, Brown University, AS, yang menyebutkan warga sipil yang tewas antara 185.000 hingga 208.000 jiwa.
Saat invasi digulirkan, pemerintahan AS yang saat itu dipimpin Presiden George W Bush yakin Irak memiliki senjata pemusnah massal. Namun tuduhan itu tak berbukti, memicu kecaman internasional.
Austin, yang pada 2011 menjabat komandan pasukan AS di Timur Tengah, mengatakan AS telah mencapai tujuan militernya di Irak. Namun di bawah pemerintahan Presiden Barack Obama, AS mengirim lagi ribuan tentara ke Irak dan Suriah pada 2014 untuk memerangi ISIS.