RIYADH, iNews.id - Pertemuan negara-negara Teluk yang tergabung dalam Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) dengan ASEAN menjadi sejarah baru kekuatan dua organisasi regional dalam memajukan kerja sama. GCC-ASEAN Summit 2023 ini juga menghasilkan lima poin terkait konflik di Israel-Palestina di Gaza.
Pertemuan yang digelar di Kota Riyadh ini menitikberatkan pada persoalan ekonomi, perdagangan, industri dan pariwisata.
Ketahanan pangan di tengah kondisi alam yang tak pasti juga menjadi diskusi lebih lanjut. Jumlah dan kualitas komoditas nantinya akan diselaraskan agar saling menguntungkan.
“Jadi ini kan KTT pertama kali yang dilakukan antara GCC dan ASEAN. Kita sudah saling berhubungan sejak tahun 1990 dan tahun ini, di bawah keketuaan Indonesia, seluruh anggota GCC sudah melakukan aksesi … jadi sudah waktunya ada pertemuan pada tingkat tinggi yang merupakan upaya untuk membangun jembatan konkret, yang akan mengoneksikan antara Asia Tenggara dengan kawasan gulf di sini,” kata Menlu Retno Marsudi di Riyadh, Jumat (20/10/2023).
Retno menambahkan, potensi ekonomi di kawasan besar namun belum terkelola secara menyeluruh. Oleh karena itu dalam pembicaraan ada kesepakatan bahwa masih perlu upaya lebih sehingga kerja sama ekonomi bisa lebih ditingkatkan.
Hal lain yang dibahas secara intensif, kata Retno, terkait tenaga kerja asing.
Menurut Retno, pertemuan GCC-ASEAN nantinya akan digelar rutin 2 tahun sekali. Malaysia akan menjadi tuan rumah dalam pertemuan pada 2025 karena mendapat giliran memegang keketuaan ASEAN.
“Di dalam KTT tadi juga disekapati bahwa KTT semacam ini akan diregulerkan setiap 2 tahun sekali, dilakukan berganti-ganti. Jadi kalau tahun ini dilakukan di kawasan gulf maka 2 tahun mendatang jatuhnya di keketuaan (ASEAN) Malaysia. Jadi yang akan menjadi tuan rumah Malaysia,” kata Retno.