Dia tinggal di kamp pengungsian itu bersama lima anaknya.
“Kami sekarat karena kelaparan. Jika tidak makan, kami akan mati,” katanya, kepada Al Jazeera.
Dia menambahkan, keluarga tidak mampu membeli makanan apa pun di pasar, di mana harga meroket luar biasa. Begitu datang ke dapur amal, dia selalu kehabisan makanan sebelum mendapatkannya.
“Orang-orang di sini berjuang keras dan tidak ada yang akan bermurah hati kepada Anda. Jadi, mengumpulkan dari tempat sampah lebih baik,” tuturnya.