Hingga saat ini belum ada kelompok yang mengklaim tanggung jawab atas aksi penyergapan tersebut.
Mali telah memerangi pemberontakan Islam dalam satu dekadi terakhir. Mali menjadi salah satu negara yang telah lama dianggap terlarang bagi orang Barat karena alasan keamanan.
Sementara wilayah Kayes dinilai kurang berisiko daripada Mali utara. Meski demikian, ada laporan yang berkembang tentang penyebaran ekstremisme di daerah yang terkait dengan kelompok yang dikenal sebagai Katiba Macina.
Kekhawatiran tentang keamanan di Mali semakin tinggi sejak Prancis mengumumkan menarik pasukannya dari negara itu awal tahun ini. Tentara Prancis telah berada di Mali selama sembilan tahun untuk membantu memerangi para ekstremis.
Saat ini, militer negara itu masih dibantu oleh misi besar penjaga perdamaian PBB. Mereka pun sering mendapat serangan dari gerilyawan.
Mali dipimpin oleh Kolonel Assimi Goita, yang melakukan kudeta tahun 2020. Dia telah menggulingkan presiden yang dipilih secara demokratis di negara itu.
Goita pun mendapat kecaman internasional ketika sembilan bulan kemudian, dia menggulingkan para pemimpin transisi sipil negara itu. Dia lantas mengangkat dirinya sendiri sebagai presiden.