Protokol tersebut membolehkan tentara menembak sandera warga Israel maupun pelaku jika upaya penyelamatan gagal. Tujuan dari praktik protokol ini adalah mencegah dampak lebih berbahaya akibat penyanderaan.
Warga Israel baru menyadari adanya protokol ini pada 2003 setelah seorang dokter Israel yang bertugas sebagai tentara cadangan di Lebanon, Avner Shiftan, mengungkapnya ke surat kabar Haaretz.
Media Israel pada 19 November mengangkat kembali protokol itu yakni terkait serangan Hamas di Kibbutz Be'eri pada 7 Oktober. Serangan itu menewaskan 14 warga Israel, termasuk anak kembar Liel dan Yanai Hetzroni (12).
Awalnya media Israel mengangkat laporan kebrutalan Hamas sebagai pembunuh 14 warga sipil tersebut. Namun para saksi kemudian buka suara, pasukan Israel-lah yang menembak mereka menggunakan tank yakni diarahkan ke rumah tempat para sandera ditahan.